Namanya Irsyad Nuruzzaman. Dia cowok yang pintar, baik, suka menolong dan mungkin juga rajin menabung. *lho?* dan satu, dia sayang banget sama keluarga dan teman-temannya. Anak yang ceria, sampai nyaris ngga terlihat bahwa dia menyimpan cobaan kekecewaan yang membuatku ikut membuka mata hati dan telinga…
Irsyad merupakan salah satu perwakilan sekolah untuk terbang ke Medan sekitar 2 bulan yang lalu untuk mengikuti ajang bergengsi yaitu Olimpiade Sains Nasional (OSN) with 3 others ; mba shera, fenin, dan …siapa aku lupa. Alhamdulillah Mba Shera dapet medali emas dan Fenin pun menyusul dengan peraknya. Sayang, Irsyad yang sebelum berangkat udah janji dulu sama ibunya bakal berusaha dapetin emas, belum bisa menepatinya.
Jujur, dia begitu sangat kecewa dengan hasil kerja kerasnya sendiri itu. Sambil terisak, dia telepon sang ibu dari Medan sana, mengabarkan hasil pengumuman yang telah diketahuinya dengan sangat berat hati. Karena ia takut selain sudah mengecewakan dirinya sendiri, ia akan mengecewakan ibunya juga, belum bisa memberikan buah tangan berupa medali emas yang telah dijanjikannya itu. Tapi yang namanya ibu memang hatinya begitu mulia dan kasih sayangnya begitu besar tak pernah habis untuk anak-anaknya. Di seberang telepon sana, ibunya ikut tersedu-sedu haru. Menenangkan hati putranya yang sudah berusaha semaksimal mungkin itu untuk tak menangis lagi dan terus mengatakan kata-kata “nggak papa, nak… ibu udah seneng banget kamu bisa ke Nasional…”
Mungkin cerita itu sudah lalu, namun tentang janji mulia itu belum akan pudar.
Pasca 2 bulan OSN, tepatnya kemarin Sabtu tanggal 9 Oktober 2010. Mba Shera dan Fenin dipanggil ke ruang Kepsek. Ternyata mereka menerima surat untuk mengikuti PELATNAS. Irsyad yang diberi tau Mba Shera saat itu juga merasa bingung, kaget, dll. Mereka dipanggil, kok aku nggak ya? Padahal Irsyad itu pengenn banget ikut PELATNAS. Kata Mba Shera, “Irsyad mau ikut? Gapapa sih, tapi makan sama transport ditanggung sendiri,”. Soal biaya, dalam pikiran Irsyad mungkin nggak begitu masalah walau sulit juga. Tapi kalaupun dia ikut atas kemauan sendiri dan tanpa diundang, apa pantas juga? Walau dia juga sebenarnya berhak.
Dari kejadian itu dia mulai merasa down lagi setelah kekecewaannya tak dapat medali saat OSN kemarin. Belum lagi ditambah dengan sikap acuh tak acuh yang diperlihatkan Pak Wi terhadap Irsyad setelah semua itu tadi. Dengan ajakan dari Pak Wi juga untuk ikut mengajar tim OSN angkatan selanjutnya, tetapi setelah kejadian itu juga semuanya diam. Sebenarnya dia bingung, dia itu salah sebesar apa sih dengan tidak ikut menyumbangkan embel-embel juara Olimpiade untuk sekolah ini lalu semua yang pada awalnya membuat dia sampai ke Medan itu jadi berubah pandangan 1800? Dimana apresiasi sekolah terhadap siswanya yang sudah berjuang mati-matian di lapangan??
Dia berusaha untuk mengalihkan pikiran dan perhatiannya pada job kami sekarang yaitu seleksi Osis, tapi itu ia akui sangatlah susah. Dua malam ini dia cuma bisa nangis batin. Dia nggak enak sama ibunya, nggak enak karena dia nggak bisa dapet kesempatan PELATNAS itu. Tapi lagi-lagi ibunya bilang nggak apa-apa… beliau tetap bilang, “ibu uda seneng banget kamu masuk Nasional, Ad…” . Namun Irsyad tetep keukeuh, tetep pengen nebus janjinya itu. Janji emas untuk ibunya…
Dia merasa tambah kehilangan semangat lagi saat setelah lebaran kemarin motivatornya telah berpulang kepangkuan Allah swt., yaitu pakdhenya sendiri. Dia berpikir akan down lagi, tapi aku bilang, kalau kamu kayak gini terus gimana pertanggungjawaban kamu terhadap pakdhe kamu atas motovasi-motivasi yang telah beliau berikan selama ini? Aku bilang, masih ada kami di sini, Ad… doa kamu untuk pakdhemu teruslah kau panjatkan. Kami disini mungkin tak seperti pakdhemu itu, tapi setidaknya kami akan selalu ada kalau kamu butuh motivator
Dan buatlah ini menjadi pengalaman dan pelajaran berharga untuk kamu lebih mengenal hidup. Kamu ini orang beruntung, Dea bilang. Orang beruntung karena punya masalah. Beruntung karena Allah masih sayang sama kamu. Beruntung lagi kalau kamu ngerti, Allah kasih hambaNya cobaan tak melebihi dari kemampuannya melewati cobaan itu.
Kesempatan kamu masih panjang ke depan, gan!
Dan sepertinya kita juga harus mengambil sesuatu yang begitu berharga dari cerita Irsyad ini. Yang namanya berusaha, memang hasilnya cuma Allah yang tau. Kita tinggal tawakal setelah itu. Dan bener-bener nggak ada salahnya bermimpi besar walau itu begitu susah dicapai. Yang namanya membahagiakan orang tua, sama saja membahagiakan Allah. Dan kalau itu belum terwujud, Allah pasti akan senantiasa terus membimbing dan memberi celah untuk menuntunmu jalan menuju yang benar-benar baik untuk kamu tuju. Dan yang namanya penyesalan, kekecewaan, ataupun ketakutan, itu adalah hal-hal yang mengambil kebahagiaanmu. Keceriaanmu. Cobalah belajar dari hal-hal itu untuk kamu kembali bahagia, kembali ceria
Don’t worry be happy
11 Oktober 2010
20.42 Waktu Indonesia bagian Kamarku